Wednesday, April 17, 2013

Grace and Peace

"Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu." (2Kor. 12:2)

Kasih karunia dan damai sejahtera. Formula yang tentu tak asing bagi kita yang kerap beribadah di gereja pada hari Minggu. Meski demikian, sadarkah kita betapa revolusionernya ungkapan ini?

Kasih karunia dan damai sejahtera adalah bahasa propaganda kekaisaran Romawi. The grace of the Emperor: bestowing peace upon the land. Pax Romana.

Ya, damai yang dicapai lewat penjajahan, tuntutan pajak, perbudakan. Damai yang mengisyaratkan ketundukan. Damai semu!

Bukankah pola serupa masih kita temukan hari ini? Janji kemakmuran bersama dalam tatanan perekonomian kapitalisme global dan perdamaian dunia yang dikukuhkan oleh kedigdayaan negeri adikuasa bernama Amerika. Intervensi-intervensi militer, politik, dan ekonomi di negara-negara lain atas nama demokrasi dan kebebasan. Sementara sesungguhnya yang terjadi adalah kemakmuran segelintir orang di salah satu belahan dunia beserta kroni-kroninya, hasil eksploitasi keji di belahan lainnya; damai yang mengisyaratkan ketundukan; politik devide et impera berkedok agenda demokratisasi.

Layaknya seorang nabi, Paulus mengatakan tidak pada janji-janji palsu penguasa dunia ini. Ia membuka dan menutup surat-suratnya dengan salam bernada radikal: kasih karunia dan damai sejahtera, bukan dari kurios kekaisaran Romawi, melainkan dari Kristus, Mesias yang tersalib. Terpujilah Dia!

No comments:

Post a Comment