Friday, July 19, 2013

Melawan Penguasa-Penguasa Kerajaan Angkasa

Disusun sebagai kontribusi untuk bahan PA Sidang Raya PGI XVI, Nias, tahun 2014

Baru-baru ini, seorang satpam di gereja kami mengalami musibah. Rumahnya digusur tanpa ganti rugi, setelah satu minggu sebelumnya diberi peringatan untuk pindah. Pasalnya, ada perusahaan besar yang hendak membangun usaha di lokasi tersebut. Bukannya membela, pihak polisi justru mendesak saudara kami ini untuk segera pindah. Kasus ini tentu hanyalah salah satu di antara sekian banyak ketidakadilan yang terjadi di negeri ini.
            
Ceritakan kisah ketidakadilan yang terjadi di sekitarmu.

Kajian Teks
Teks Alkitab: Efesus 2:1-10
1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. 2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. 3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. 4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, 7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. 8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Penjelasan

Sidang Raya PGI XVI ini akan mengusung tema: “Dari Samudera Raya Bumi, Tuhan Mengangkat Kita Kembali.” Judul ini dirasa pas dengan apa yang terjadi di Nias beberapa tahun silam. Bencana alam yang berasal dari samudera raya, tsunami, memporak-porandakan habitat penduduk Nias dan menyebabkan berjatuhannya banyak korban. Berpadanan dengan pengalaman itu, di dalam Alkitab, samudera raya seringkali menjadi penggambaran ancaman kematian yang teramat mengerikan.

Tetapi kematian dan ancamannya tidak melulu berasal dari kedahsyatan kekuatan alam yang tak mampu dikontrol manusia seperti tsunami. Ancaman kematian pada kehidupan di bumi justru banyak berasal dari manusia sendiri. Hari ini ketika kita melihat fenomena kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme, sesungguhnya kita disadarkan bahwa acapkali samudera raya itu justru adalah manusia sendiri, yang menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus).

Secara teologis, kekristenan melihat kegagalan manusia untuk menjadi sahabat bagi sesamanya (homo homini socius) sebagai bentuk kegagalannya mengimitasi Allah yang adalah Tritunggal. Allah yang pada hakikatnya adalah relasionalitas, kebersamaan tanpa reduksi partikularitas, keterbukaan tanpa pemiskinan identitas. Allah yang satu tanpa menjadi seragam, kompak sekaligus unik dalam fungsi dan karakter. Allah yang merangkul perbedaan tanpa menghilangkan kekhasan. Bukankah manusia, yang dicipta menurut gambar dan rupa-Nya, sepatutnya hidup sejalan dengan patron ini?

Syukurlah, kegagalan manusia bukanlah akhir dari segalanya. Karena sebagaimana bunyi tema kita, dari samudera raya Tuhan mengangkat kita kembali. Dari kematian, Ia akan membawa kita pada kehidupan. God of life, lead us to justice and peace (tema Sidang Dewan Gereja Dunia X di Busan, 2013).

Kebenaran ini pulalah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab di atas. Dikatakan di sana bahwa kita dahulu sebenarnya telah mati oleh karena dosa-dosa dan pelanggaran kita (ay. 1), yakni ketika kita hidup di dalamnya, mengikuti jalan dunia, mentaati penguasa kerajaan angkasa (ay. 2). Siapakah yang dimaksud dengan “penguasa kerajaan angkasa” di sini? Mungkin kita berpikir bahwa sebutan ini merujuk pada kekuatan-kekuatan gaib seperti genderuwo, mak lampir, jailangkung, dan sejenisnya. Tetapi bukan itu yang dimaksud oleh Paulus. “Penguasa kerajaan angkasa” di sini adalah simbolisasi kuasa-kuasa yang beroposisi dengan Kerajaan Allah. Jika Kerajaan Allah berarti perwujudan nilai-nilai kasih, kebenaran, dan keadilan, maka “penguasa kerajaan angkasa” adalah segala kuasa yang membawa serta kebencian, penindasan, dan ketidakbenaran ke dalam dunia. Bukankah seringkali kita mendapati diri terjebak dalam mekanisme-mekanisme yang beroperasi secara vital di tengah-tengah dunia, di mana melaluinya berkembang praktek-praktek pemiskinan, diskriminasi, rasisme, eksploitasi, korupsi, dan juga kekerasan? Kenyataan ini menunjukkan bahwa kuasa-kuasa tadi sungguh-sungguh riil dan mengancam.

Tetapi “dari samudera raya Allah mengangkat kita kembali.” Dari kematian dan cara hidup yang membawa orang lain pada kematian, Allah menghidupkan kita kembali, semata-mata oleh kasih karunia (ay. 5), kekayaan rahmat dan kebesaran kasih-Nya (ay. 4). Di dalam Kristus Ia membangkitkan kita (ay. 6), Ia menciptakan kita secara baru di dalam Yesus Kristus, bukan supaya kita memegahkan diri (ay. 9), melainkan untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Ia siapkan sebelumnya (ay. 10), bukan lagi ketaatan pada penguasa kerajaan angkasa, tapi pekerjaan demi kerajaan Allah: kasih, kebenaran, dan keadilan. Dan Ia mau agar kita hidup di dalamnya (ay. 10).

Kembali ke tiga pokok permasalahan yang menjadi fokus Sidang Raya PGI kali ini: kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme. Di tengah situasi nasional hari ini di mana kesenjangan sosial demikian tinggi, biaya pendidikan dan kesehatan semakin mahal, sementara pemerintah dan wakil-wakil rakyat terus menelurkan kebijakan-kebijakan yang memihak si kaya, bagaimanakah seharusnya gereja sebagai perkumpulan orang-orang yang telah dihidupkan kembali oleh Allah melakukan pekerjaan baiknya bagi kerajaan Allah? Ketika sistem ekonomi yang beroperasi berkebalikan dengan apa yang digagas di awal kemerdekaan republik ini, dan alih-alih menyejahterakan rakyat banyak serta menciptakan keadilan sosial justru memperlebar jurang di antara yang berpunya dan yang tidak, bagaimana gereja menghayati panggilannya di negeri ini? Ketika praktek korupsi merajalela dan menjadi budaya, seberapa aktif gereja telah mengupayakan diri menjadi agen pembaharuan moral nasional? Ketika kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia dan tragedi-tragedi kemanusiaan di masa lalu kurang menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah, serta terancam kepunahannya dalam memori kolektif bangsa, apa yang sudah dilakukan gereja? Ketika masih ada butir undang-undang, peraturan pemerintah, dan kebijakan-kebijakan yang diskriminatif terhadap kelompok minoritas tertentu, atau yang dianggap pinggiran, apa yang dilakukan gereja? Dan ketika radikalisme agama bertumbuh kembang dengan suburnya di bumi Indonesia, membawa ancaman kekerasan serta teror, apakah gereja telah menjadi katalisator perdamaian, toleransi, dan keadilan? Ataukah dalam semua tantangan dan pergerakan “penguasa kerajaan angkasa” ini gereja justru larut dan menjadi serupa dengan dunia?

Biarlah Sidang Raya PGI XVI ini menjadi peringatan kembali bagi gereja-gereja di Indonesia untuk menjalankan fungsi profetiknya di kancah pergulatan nasional. Dari samudera raya Tuhan mengangkat kita kembali. God of life, lead us to justice and peace.

Pertanyaan Diskusi

1.      Dalam konteks global maupun nasional pada hari ini, menurut pengamatanmu, siapa sajakah yang menjadi perwujudan konkret sebutan “penguasa kerajaan angkasa”? Secara konkret pula, bagaimana mereka bekerja?

2.      Baca kembali 2 paragraf terakhir penjelasan di atas, diskusikan dan jawab pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan di sana.


3.      Ingat kembali cerita-cerita tentang ketidakadilan di sekitarmu tadi. Sebagai orang-orang yang sudah dibangkitkan Allah di dalam Kristus, apa saja yang bisa anda kerjakan sebagai respon yang tepat (secara pribadi, sebagai gereja, masyarakat)?